Monday, December 30, 2019

INDEX NEWS UPDATE - Dahlan Iskan: Jangan-Jangan Dulu Saya Tertipu Jiwasraya

Index News Update, Jakarta - Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan turut mengomentari soal kehebohan perusahaan asuransi Jiwasraya yang mengumumkan ketidaksanggupannya membayar polis nasabah.
Dikutip dari tulisan pribadinya di blog DI's Way, Selasa (31/12/2019), baru-baru ini Dahlan berbincang dengan kawannya yang paham betul seluk beluk perusahaan asuransi pelat merah tersebut.
Dirinya bertanya, apakah benar dia pernah menyetujui suntikan modal untuk Jiwasraya pada tahun 2012, karena dirinya sendiri ingat-ingat lupa.

BACA JUGA :
PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
    "Waktu itu memang ada usulan dari staf. Agar Jiwasraya disuntik modal. Tapi Pak Menterinya menolak usulan itu," kata rekannya, sebagaimana yang ditulis Dahlan dalam artikelnya yang berjudul Neo Baru.
    Sepemahaman Dahlan, dirinya sendiri sangat anti terhadap penyuntikan modal negara (PMN) kecuali untuk industri strategis di bawah Kementerian Pertahanan.
    "Tapi saya juga ragu jangan-jangan saya benar menyetujuinya. Saya sudah banyak lupa. Muncul juga perasaan bersalah. Jangan-jangan saya dulu juga tertipu oleh direksi Jiwasraya. Kan personalnya masih yang sama," tulisnya.

    Hubungi Dirut Jiwasraya

    Kemudian, Dahlan mencoba menghubungi Dirut Jiwasraya yang bertugas pada 2012, yang pernah dirinya puji habis-habisan karena telah membebaskan perusahaan dari beban.
    "Sampai-sampai saya menyebutnya Jiwasraya telah merdeka. Merdeka dari beban triliunan," ungkapnya.
    Kemudian, Dahlan kembali mempertanyakan hal tersebut kepada rekannya. Apakah dia benar-benar tertipu oleh angka-angka yang dipaparkan direksi? Apakah dari dulu praktek pembelian saham-saham perusahaan lampu kuning sudah dilakukan atau baru dilakukan belakangan, seperti yang tersiar di media sosial?
    "Setahu saya baru belakangan. Sejak tiga orang itu main-main di pasar modal," demikian ujar rekannya.
    Temannya kemudian menyebutkan 3 nama orang di luar direksi Jiwasraya yang ternyata, jago bermain saham gorengan di pasar modal.
    "Ia menyebut nama tiga orang itu. Semuanya di luar direksi Jiwasraya. Semuanya jagoan goreng-goreng saham di pasar modal," tulis Dahlan.

    Sempat Membaik Sejak 2009, Keuangan Jiwasraya Kembali Anjlok di 2017

    Kondisi keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah sakit, dengan catatan ekuitas negatif Rp 23,92 triliun per September 2019. Untuk memenuhi rasio solvabilitas atau Risk Based Capital (RBC) 120 persen, perusahaan membutuhkan dana sebesar Rp 32,89 triliun.
    Jiwasraya memang sudah bermasalah sejak 2006. Berdasarkan catatan dari laporan kondisi perusahaan, Sabtu (28/12/2019), ekuitas Jiwasraya pada saat itu negatif Rp 3,29 triliun.
    Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau solvabilitas semakin memburuk pada 2008, dimana ekuitas negatif perusahaan menurut catatan internal manajemen membengkak jadi Rp 5,7 triliun.
    Situasi berbalik 180 derajat pada 2009, dimana ekuitas surplus Rp 800 miliar dari semula negatif Rp 6,3 triliun. Mekanisme reasuransi menjadi penolong, yang membuat kewajiban dicatat sebesar Rp 4,7 triliun dari yang seharusnya Rp 10,7 triliun.
    Skenario reasuransi terus dilanjutkan untuk 3 tahun berikutnya pada 2010-2012, sehingga Jiwasraya berturut-turut mendapat opini audit laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
    Skema reasuransi kemudian diganti dengan revaluasi aset di 2013, karena ekuitas perusahaan pada 2012 kembali negatif Rp 3,2 triliun. Dengan begitu, ekuitas berganti menjadi surplus Rp 1,75 triliun pada 31 Desember 2013.
    "Ekuitas surplus Rp1,75 triliun pada 2013 dari semula negatif Rp 3,2 triliun. Surplus karena revaluasi aset berupa tanah dan bangunan," jelas Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko.
    Surplus ekuitas Jiwasraya meningkat jadi Rp 2,4 triliun pada 2014. Setahun berselang, catatan ekuitas surplus perusahaan terus naik hingga Rp 3,4 triliun di 2015.

    Masalah Muncul

    Puncaknya terjadi pada 2015, dimana ekuitas Jiwasraya surplus sebesar Rp 5,4 triliun dikarenakan nilai pasar aset investasi keuangan overstated dan cadangan premi tercatat understated yang semakin besar.
    Masalah mulai timbul di 2017, saat status ekuitas surplus Rp 5,6 triliun tetapi kekurangan cadangan Rp 7,7 triliun lantaran belum memperhitungkan impairment aset.
    Itu berdampak terhadap pemberian opini yang diberikan Kantor Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) kepada Jiwasraya dengan status Adverse Opinion atau tidak wajar.
    Kondisi Jiwasraya makin sakit jika melihat laporan keuangan unaudited perusahaan pada 31 Desember 2018. Kala itu, ekuitas tercatat negatif Rp 10,24 triliun. Statusnya pada saat itu sudah dilakukan perbaikan cadangan namun belum dengan impairment aset.
    Penerbitan JS Saving Plan pada 2013 pun turut memperuruk keadaan. Ini lantaran perusahaan butuh ketersediaan likuiditas yang tak sedikit karena ada utang jatuh tempo setiap tahun.
    Sayangnya, penerbitan produk itu membuat keuangan Jiwasraya semakin memburuk. Hal ini karena perusahaan butuh ketersediaan likuiditas yang tak sedikit karena ada utang jatuh tempo setiap tahun.
    Tak ayal, Jiwasraya tercatat defisit sebesar Rp 15,33 triliun pada tahun lalu. Selain itu, perusahaan juga memutuskan untuk menghentikan pembayaran klaim jatuh tempo sejak Oktober 2018 sebesar Rp 802 miliar.

    Sumber : Liputan 6

    Thursday, December 26, 2019

    INDEX NEWS UPDATE - Investor Asing Beli Saham, IHSG Ditutup Menguat ke 6.319,44

    Index News Update, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis pekan ini. Investor asing beli saham Rp 356,97 miliar.
    Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (26/12/2019), IHSG ditutup naik 13,53 poin atau 0,21 persen ke posisi 6.319,44. Sementara itu, indeks saham LQ45 turun tipis 0,01 persen ke posisi 1.021,56.
    Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 6.326,26 dan terendah 6.303,05.
    Sebanyak 220 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sementara 187 saham melemah dan 153 saham diam di tempat.
    Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 400.657 kali dengan volume perdagangan 9,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,8 triliun.

    BACA JUGA :
    PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
    RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
    PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
    PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
      Investor asing beli saham mencapai Rp 356,97 miliar di total pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.955.
      Dari 10 sektor pembentuk IHSG, hanya dua sektor yang berada di zona merah, yaitu sektor aneka industri yang turun 0,29 persen dan sektor infrastruktur turun 0,14 persen.
      Sementara sektor yang menguat dipimpin oleh sektor perkebunan yang melesat 3,24 persen. Kemudian sektor perdagangan yang naik 0,71 persen dan sektor pertambangan naik 0,62 persen.
      Saham-saham yang menguat antara lain LMAS yang naik 33,8 persen ke Rp 95 per saham, GLVA menguat 24,85 persen ke Rp 422 per saham dan REAL naik 24,78 persen ke Rp 282 per saham.
      Sedangkan saham-saham yang melemah diantaranya FIRE yang turun 24,88 persen ke Rp 276 per lembar saham, INTD melemah 23,05 persen ke Rp 404 per lembar saham dan ARTA turun 23 persen ke Rp 308 per lembar saham.

      Sesi Pembukaan Perdagangan

      Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah pada pembukaan perdagangan saham usai libur Natal ini.
      Pada pra pembukaan perdagangan, Kamis (26/12/2019), IHSG melemah 2,8 poin atau 0,05 persen ke level 6.303,05. IHSG kemudian melanjutkan pelemahan pada pukul 09.00 WIB. IHSG turun 0,04 poin atau 0,01 persen menjadi 6.305,4.
      Indeks saham LQ45 juga naik 0,12 persen ke posisi 1.020,4. Sebagian besar indeks saham acuan bergerak di zona merah. Pada awal pembukaan perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 6.306,67 dan terendah di 6.303,05. 
      Sebanyak 40 saham menguat namun tak mampu mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 14 saham melemah dan 40 saham diam di tempat.
      Adapun total frekuensi di awal perdagangan saham 2.451 kali dengan volume perdagangan 30,3 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 35,7 miliar. Investor asing jual saham Rp 7,4 miliar di total pasar dan posisi rupiah di angka 13.975 per dolar AS.
      Dari 10 sektor pembentuk IHSG, tujuh sektor di zona hijau, yaitu sektor aneka industri yang turun 0,74 persen. Disusul sektor manufaktur yang melemah 0,04 persen dan sektor keuangan yang melemah 0,07 persen
      Sedangkan sektor yang menguat yaitu pertambangan yang naik sebesar 0,33 persen. Disusul sektor industri dasar 0,19 dan sektor konstruksi yang menguat 0,15 persen.
      Saham-saham yang menguat antara lain GLVA, SATU dan TIRT. Sedangkan saham-saham yang melemah POLL, CAKK, dan MTWI.

      Sumber : Liputan 6

      Wednesday, December 25, 2019

      INDEX NEWS UPDATE - Harga Emas Naik Dibayangi Kekhawatiran Resesi Ekonomi

      Index News Update, Jakarta - Harga emas naik ke level USD 1.500 per ounce pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta). Hal ini didorong oleh berlarut-larut kekhawatiran akan resesi dan pasar ekuitas mendorong permintaan investor akan emas.
      Dikutip dari Reuters, harga emas di pasar Spot naik hampir 1 persen menjadi USD 1.499,48 per ounce, tertinggi sejak 5 November. Sementara harga emas berjangka AS ditutup naik 1,1 persen pada USD 1.504,80.

      BACA JUGA :
      PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
      RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
      PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
      PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
        "Kami masih tidak melihat angka (AS) yang baik keluar darisisi investasi bisnis. Kami sepenuhnya bergantung pada pengeluaran konsumen. Tetapi ketika pengeluaran konsumen mulai sedikit berkurang, maka ekonomi benar-benar bisa mulai melambat lebih nyata," kata Edward Meir, Analis di ED&F Man Capital Markets.
        Permintaan terhadap barang-barang buatan AS nyaris tidak seperti saat November dan pengiriman turun. Data pada Senin menunjukkan, investasi bisnis mungkin akan tetap menjadi hambatan ekonomi pertumbuhan di kuartal IV. Data dari Amerika Serikat ditunggu untuk isyarat kebijakan moneter masa depan bank sentral.
        Harga emas lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga, yang mengangkat biaya peluangnya. Sementara itu, optimisme pada pembicaraan perdagangan AS-China telah terangkat ekuitas ke tingkat rekor. Stok dunia tetap di jalurnya tahun terbaik mereka dalam satu dekade, sementara Wall Street turun dari tingkat mendekati rekor.
        "Pasar saham menjadi sangat jenuh. Jika Anda memiliki koreksi di saham, emas bisa mendapatkan keuntungan," tambah Meir.

        Kesepakatan Dagang AS-China

        Presiden A.S. Donald Trump mengatakan pada Selasa, dirinya dan Presiden China Xi Jinping akan mengadakan upacara untuk menandatangani yang pertama fase kesepakatan perdagangan disepakati bulan ini.
        Sengketa perdagangan selama 17 bulan ini telah mendorong kenaikan 16 persen terhadap harga emas, dengan menempatkannya di jalur terbaik sejak 2010.
        Di tempat lain, harga paladium naik 0,5 persen menjadi USD 1,884.16 per ounce. Platinum naik 0,4 persen lebih tinggi menjadi USD 940,08.
        Sementara perak naik hampir 2 persen menjadi USD 17,76 per ounce, menetapkan untuk yang kelima sesi keuntungan yang lurus.

        Sumber : Liputan 6

        Sunday, December 22, 2019

        INDEX NEWS UPDATE - Harga Emas Bakal Naik, Namun Tak Terlalu Tinggi

        Index News Update, Jakarta - Para analis dan pelaku pasar memperkirakan harga emas akan bergerak menguat pada perdagangan pekan ini. Aksi ambil untung pemain saham diperkirakan akan mendorong kenaikan harga emas, meskipun tidak terlalu tinggi.
        Mengutip Kitco, Senin (23/12/2019), para analis dan pelaku pasar atau trader cukup optimistis harga emas bakal menghijau pada pekan Natal ini.
        Sebanyak 17 analis di Wall Street ikut ambil bagian dari survei yang dilakukan oleh Kitco. Hasilnya, 9 analis atau 53 persen memberikan suara bahwa harga emas bakal lebih tinggi.
        Sedangkan tujuh analis atau 41 persen menyatakan bahw aharga emas akan netral. Hanya ada satu analis atau 6 persen yang menyatakan harga emas akan terjatuh.

        BACA JUGA :
        PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
        RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
        PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
        PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
          Sementara itu, 677 trader ikut ambil bagian dari survei yang dilakukan oleh kitco. Sebanyak 383 pemilih atau 57 persen menyatakan bahwa harga emas akan naik minggu ini.
          Selain itu 156 pelaku pasar atau 23 persen mengatakan harga emas akan lebih rendah. Di kuar itu, 138 pelaku pasar atau 20 persen mengambil posisi netral.
          Co-Director of Commercial Hedging Walsh Trading John Weyer memandang bahwa harga emas akan merangkak naik pada pekan ini.
          "Saya pikir kita mungkin akan melihat beberapa aksi ambil untung di akhir tahun pada bursa saham. Itu akan memberi emas sedikit dorongan, tidak banyak, tapi saya pikir itu akan naik." jela dia.
          Editor Eureka Miner's Report, Richard Baker, mempertanyakan kelanjutan dari kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Sejauh ini belum ada tanda-tanda keberlanjutan pembicaraan.
          "Jika belum ada kesepakatan baru lagi, saya menduga emas akan mendapat manfaat dari melemahnya sentimen risiko perang dagang saat ini. Harga emas akan berada di kisaran USD 1.485 per ounce untuk pekan ini," kata dia.

          Pemakzulan Trump

          Chairman dan Chief Executive Officer Adrian Day Asset Management Adrian Day mengatakan harga emas akan naik tetapi kenaikannya tidak akan besar.
          "Emas membentuk basis yang bagus, tetapi perlu beberapa katalis untuk mendorongnya lebih tinggi," kata Day.
          “Itu kemungkinan akan datang awal tahun baru dengan kemudahan moneter baru. Saya tidak berpikir pasar peduli dengan sirkus pemakzulan." jelas dia.

          Sumber : Liputan 6