Tuesday, February 25, 2020

INDEX NEWS UPDATE - Diwarnai Aksi Ambil Untung, Harga Emas Tergelincir 1 Persen

Index News Update, Jakarta - Harga emas turun lebih dari 1 persen pada hari Selasa karena reli logam mulai yang mencapai titik tertinggi 7 tahun terakhir mendorong aksi ambil untung. Hal ini terjadi meski kekhawatiran tentang coronavirus membuat investor cemas tentang nasib ekonomi global.
Dilansir dari CNBC, Rabu (26/2/2020), harga emas di pasar spot tergelincir sekitar 1 persen menjadi USD 1,644.40 per ounce. Harga emas berjangka AS ditutup turun 1,6 persen pada USD 1,650.
Pada hari Senin, logam melonjak sebanyak 2,8 persen menjadi USD 1,688.66, tertinggi sejak Januari 2013.
"Langkah hari ini hanyalah sebuah terobosan di tengah tren kenaikan," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

BACA JUGA :
PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
    Dia menambahkan, investor membukukan keuntungan setelah kenaikan dramatis pada hari Senin.
    “Pilar dukungan untuk emas tetap pada tingkat suk bunga rendah oleh bank sentral utama. Dana telah mendiversifikasi keuntungan dari portofolio ekuitas harga emas," tambah dia.

    Pengaruh Virus Corona

    China memiliki 508 kasus baru terjangkit virus corona yang dikonfirmasi, naik dari 409 pada 23 Februari. Sehingga total kasus yang dikonfirmasi menjadi 77.658.
    Penyebaran cepat virus di luar China telah meningkatkan kekhawatiran atas dampaknya terhadap ekonomi global. Hal ini mendorong beberapa spekulan bahwa Federal Reserve akan ditekan untuk memangkas suku bunga.
    "Pasar sudah pasti dalam proses penetapan harga pemotongan suku bunga tambahan di AS, di mana spekulasi tentang pemotongan Maret telah mulai menarik perhatian," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
    Namun, dolar bisa menguat lebih jauh yang memperlambat pendekatan emas. "Tetapi bank-bank sentral utama pasti berusaha melakukan apa yang mereka bisa untuk mendukung ekonomi," lanjutnya.
    Negara-negara di seluruh dunia meningkatkan upaya untuk menghentikan pandemi virus yang muncul di China dan menyebar di Eropa dan Timur Tengah.
    "Dengan virus menyebar ke wilayah lain, dan jika China mengalami masalah lagi dan hambatan pada pertumbuhan berlanjut hingga April, emas bisa bergerak ke USD 1.650-1.700 per ons," tulis analis UBS dalam sebuah catatan.

    Sumber : Liputan 6

    Sunday, February 23, 2020

    INDEX NEWS UPDATE - Harga Emas Diprediksi Terus Melambung Akibat Wabah Virus Corona

    Index News Update, Jakarta - Harga emas diprediksi akan terus bertahan di level lebih dari USD 1.600, di mana harga tersebut merupakan level tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
    Dikutip dari Kitco, lonjakan harga emas ini dipicu oleh kekhawatiran akan dampak ekonomi global akibat wabah virus corona.
    Pada penutupan perdagangan pekan lalu, harga emas ditutup pada level terbaik dalam enam bulan terakhir di mana harga emas berjangka Comex April diperdagangkan pada USD 1.647,20, naik 1,65 persen.
    Perhatian pasar adalah pada kesehatan ekonomi, penyebaran virus corona di luar China, dan potensi kejatuhan ekonomi global dari virus.

    BACA JUGA :
    PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
    RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
    PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
    PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
      Saham AS dijual karena para pedagang mencerna serentetan berita ekonomi negatif, termasuk penjualan mobil China jatuh 92 perseb pada Februari, kasus virus corona melonjak di Korea Selatan dan Jepang, dan angka PMI kilat yang mengecewakan keluar dari AS.
      "Sepertinya suasana yang kami harapkan akan terjadi beberapa minggu lalu terjadi minggu ini," ungkap Kieran Clancy, Asisten Ekonom Komoditas di Capital Economics.
      "Ada banyak tajuk utama di sekitar perusahaan yang melaporkan keuntungan mereka di kuartal I karena virus di dalam dan di luar China," lanjut dia.

      Incar Level Baru

      Harga emas diprediksi akan tetap berada di level tertinggi dan adanya kenaikan lebih lanjut dalam waktu dekat.
      “Itu terlihat cukup kuat untuk saat ini, berdasarkan grafik. Kami mengalami level tertinggi yang leha dicapai sekitar USD 1.613, yang dicapai pada awal Januari,”kata Edward Meir, analis di ED&F Man Capital Markets.
      Dalam hal level emas berikutnya, Meir memperkirakan harga emas mencapai USD 1.700 sebagai target jangka pendek berikutnya.
      Goldman Sachs merilis laporan pada Kamis pekan, memperingatkan investor akan ada koreksi 10 persen pada perdagangan saham 
      Meir melihat hal tersebut sebagai penurunan yang besar untuk saham. Dia mencatat jika akurat, emas akan lebih baik lagi.

      Sumber : Liputan 6

      Wednesday, February 19, 2020

      INDEX NEWS UPDATE - Harga Emas Hampir Sentuh Posisi Tertinggi dalam 7 Tahun

      Index News Update, Jakarta Usai melampaui angka USD 1.600, harga emas mendekati posisi tertinggi dalam tujuh tahun dipicu investor yang terus menopang posisi mereka di tengah wabah Virus Corona.
      Melansir laman CNBC, Kamis (20/2/2020), harga logam mulia naik 0,5 persen menjadi diperdagangkan di kisaran USD 1.609,61 per troy ounce (/ oz). Harga emas menguji level yang terakhir terlihat pada 8 Januari setelah pembunuhan komandan militer Iran Iran Qasem Soleimani.

      BACA JUGA :
      PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
      RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
      PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
      PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
        Apabila harga menetap di atas USD 1.604.1  per troy ounce, maka itu akan menjadi posisi tertinggi sejak 27 Maret 2013, ketika emas menetap di USD 1.606.2  per troy ounce.
        Emas biasanya berkinerja baik selama aset berisiko tak dilirik. Harga emas juga memanfaatkan momentum kekhawatiran global atas potensi kejatuhan ekonomi dari Virus Corona baru, yang kini telah menginfeksi lebih dari 74.000 orang di China dan menewaskan 2.004.
        Namun, lonjakan harga emas baru-baru ini berlanjut meskipun ada momentum positif yang terlihat di pasar saham global. Dengan warga China kembali melanjutkan bekerja setelah sempat dihentikan dan tingkat infeksi melambat.
        James Gerrish, Manajer Portofolio di Shaw and Partners yang berbasis di Sydney, mengaitkan reli emas dengan adanya lindung nilai portofolio strategis dari respons langsung terhadap virus.
        “Meskipun suku bunga rendah, Anda perlu memiliki saham sehingga harus memilih emas dan menginvestasikan uang, tetapi Anda juga perlu memiliki lindung nilai, alternatif jika segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik. Dan saya pikir itu sebabnya emas diuntungkan sebagai konsekuensi dari itu," ujar dia.

        Harga Emas Melonjak ke Level Tertinggi Usai Peringatan Apple Terkait Corona

        Harga emas melonjak lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta) ke level lebih dari USD 1.600 per ounce. Hal didorong oleh peringatan mengejutkan Apple Inc tentang dampak wabah virus corona memicu kekhawatiran tentang kelemahan ekonomi global, mendorong investor untuk aset berisiko rendah.
        Sedangkan harga Palladium ke posisi tertinggi sepanjang masa, digerakkan oleh pasokan pendek dari logam katalis otomatis.
        Dikutip dari CNBC, Rabu (19/2/2020), harga emas di pasar spot naik 1,3 persen pada USD 1.601,04 per ounce, tertinggi sejak 8 Januari. Emas berjangka AS naik 1,2 persen menjadi USD 1.604,70 per ounce.

        "Pasar ekuitas berada di bawah tekanan dan emas masih dipandang sebagai aset safe haven klasik karena kami mendapatkan beberapa berita negatif dalam kasus ini sehubungan dengan virus corona dan dampaknya terhadap ekonomi global," kata David Meger, Direktur Logam Berdagang di High Ridge Futures.
        Apple, perusahaan teknologi paling berharga di dunia, mengatakan tidak mungkin memenuhi perkiraan penjualan kuartal I karena wabah virus corona menekan rantai pasokannya.
        "Ada kekhawatiran bahwa seluruh situasi virus corona ini mungkin sedikit lebih buruk daripada yang diperkirakan banyak orang dan implikasinya adalah bahwa bank-bank sentral di seluruh dunia akan sedikit lebih dovish dan pasar menatap pada harga realitas ini," kata Bart Melek, Kepala Komoditas Strategi di TD Securities.
        Bank Sentral China memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah pada Senin karena pembuat kebijakan berusaha untuk mengurangi guncangan ekonomi dari wabah virus corona.
        Jumlah korban tewas di China telah meningkat menjadi 1.868 orang. Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, dan Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan setiap skenario masih di atas meja dalam hal evolusi epidemi.
        "Emas terus membuat pergerakan ini ke samping lebih tinggi di tengah dolar yang secara tradisional menguat yang memiliki kecenderungan untuk membatasi atau membatasi pergerakan komoditas menunjukkan seberapa kuat pasar emas," kata Meger High Ridge Futures.
        Indeks dolar naik ke level tertinggi lebih dari empat bulan terhadap rival utama, juga mendapatkan dari minat safe-haven.
        Palladium naik 2,3 persen menjadi USD 2.580,25 per ounce setelah mencapai tertinggi sepanjang masa dari USD 2.590.
        "Ini hanya dapat sebagian dijelaskan oleh masalah produksi yang sedang berlangsung di Afrika Selatan karena gangguan pasokan listrik dan defisit pasokan tinggi tahun ini diperbarui," analis Commerzbank mengatakan dalam sebuah catatan.
        Harga perak naik 2,2 persen menjadi USD 18,16 per ounce, sementara platinum naik 2,5 persen pada USS 992,69.

        Tuesday, February 18, 2020

        INDEX NEWS UPDATE - 9 Sektor di Zona Hijau, IHSG Dibuka Menguat ke 5.901,77

        Index News Update, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Sebanyak 103 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau.
        Pada pra perdagangan saham Rabu (19/2/2020), IHSG naik 11,93 poin atau 0,20 persen ke posisi 5.898,90. Kemudian pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG tetap menguat dengan turun 17,43 poin atau 0,27 persen ke level 5.901,77.
        Adapun indeks saham LQ45 menguat 0,44 persen ke posisi 960,79. Sebagian besar indeks saham acuan bergerak di zona hijau.
        Pada awal pembukaan perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 5.905,25 dan terendah di 5.898,70.
        Sebanyak 103 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 47 saham melemah dan 102 saham diam di tempat.
        Adapun total frekuensi di awal perdagangan saham 11.497 kali dengan volume perdagangan 216,8 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 212,2 miliar.

        BACA JUGA :
        PT RIFAN FINANCINDO - Komoditas Emas Akan Jadi Primadona 
        RIFAN FINANCINDO - Investasi Emas Masih Primadona di Tahun Politik
        PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Emas masih akan Menjadi Komoditas Paling Menarik untuk Investasi Berjangka Tahun ini 
        PT RFB - Berikan Gambaran Investasi di Tahun 2019, RFB Gelar Investment Outlook
          Investor asing beli saham Rp 964,10 miliar di pasar regular, dan posisi rupiah di angka 13.703 per dolar AS.
          Dari 10 sektor pembentuk IHSG, hanya satu sektor yang berada di zona merah yaitu perkebunan yang turun 0,01 persen.
          Sedangkan sektor yang menguat dipimpin oleh aneka industri yang naik 0,98 persen. Kemudian diikuti sektor industri dasar yang naik 0,82 persen dan sektor manufaktur naik 0,81 persen.
          Saham-saham yang menguat antara lain OCAP yang naik 33,62 persen ke level Rp 155. Saham AHAP menguat 15,38 persen ke level Rp 60. Saham GLOB naik 11,76 persen ke level Rp 380.
          Sementara saham-saham yang tertekan diantaranya MINA turun 29,58 persen ke level Rp 50. Saham TAMA melemah 14,35 persen ke level Rp 412. Saham AYLS turun 13,24 persen ke level Rp 234.

          Perdagangan Kemarin

          Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa ini. Di awal perdagangan, IHSG sempat merasakan zona merah.
          Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (18/2/2020), IHSG ditutup menguat 19,43 poin atau 0,33 persen ke posisi 5.886,96. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga menguat 0,22 persen ke posisi 956,27.
          Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.907,13 dan terendah 5.855,92.
          Sebanyak 219 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sementara 146 saham melemah dan 161 saham diam di tempat.
          Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 395.666 kali dengan volume perdagangan 8,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,7 triliun.
          Investor asing jual saham Rp 323 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.665.
          Dari 10 sektor pembentuk IHSG, hanya ada satu sektor yang berada di zona merah yaitu keuangan yang melemah 0,35 persen. Sementara sektor yang menguat dipimpin oleh sektor industri dasar menguat 1,86 persen. Kemudian di sektor konstruksi naik 1,47 persen dan sektor pertambangan naik 0,86 persen.
          Saham yang menguat sehingga menyelamatkan IHSG dari zona merah antara lain ASPI naik 34,83 persen ke Rp 240 per saham, DWGL naik 34,73 persen ke Rp 256 per saham dan MTSM naik 33,77 persen ke Rp 206 per saham.
          Sedangkan saham-saham yang melemah diantaranya MINA yang turun 34,26 persen ke Rp 71 per lembar saham, FORU melemah 24,30 persen ke Rp 81 per lembar saham dan AYLS turun 23,08 persen ke Rp 272 per lembar saham. 

          Sumber : Liputan 6